Oleh : Imam Choiri
Karena air adalah kebutuhan hidup yang penting, apapun tidak
dapat hidup tanpa air, maka air adalah termasuk alam ciptaan Tuhan yang
terpenting, air adalah nikmat dan rahmat Allah yang terbesar. Merenungkan dan
memikirkan atau mempelajari kejadian air, membahas sifat dan tabiat yang ada
pada air, adalah renungan dan pemikiran yang besar, renungan dan pemikiran yang
berakibat besar, yaitu akan mengakibatkan bertambah tebalnya iman di dada,
menambah rasa hormat dan khidmat kita terhadap Zat Yang Maha Besar, yang
menciptakan alam semesta.
Janganlah disamakan merenungkan dan memikirkan kejadian air,
kejadian malam dan siang, kejadian bumi dan langit dengan apa yang sering kita
sebut melamun. Melamun adalah merenungkan perkara kecil yang tak ada artinya,
misalnya melamun tentang harta benda, melamun ingin mendapat mobil sedan
terbaru atau melamun mengenangkan kekasih yang jauh di mata, bukanlah hal-hal
yang dianjurkan oleh agama, malah dilarang, karena melamun ini menyebabkan
tertutupnya pintu hati. Orang yang merenungkan masalah-masalah kecil seperti
ini biasanya menjadi lemah otak dan pikirannya, akhirnya tersesat jalan
pikirannya. Banyak di antara mereka tersesat menjadi pencuri, tersesat membunuh
diri atau menjadi edan tak karuan hidup. Sebab itu janganlah dibiasakan
melamun, akal dan pikiran menjadi demikian lemah sehingga gampang sekali
dipengaruhi orang atau dipengaruhi oleh makhluk halus dan ilmu sihir.
Melamun lamunan semacam ini sangat dicaci oleh agama, inilah
yang sering disebut dalam Al-Qur’an dan Hadis: Al ghurur atau Al-amaaniy.
Kebalikan dari melamun, agama sangat nenganjurkan agar kita
merenungkan kejadian-kejadian besar, memikirkan tiap sesuatu, lebih-lebih
sesuatu yang penting, yang mempunyai pengaruh besar dalam hidup dan kehidupan
kita di dunia ini, misalnya kejadian air, yaitu air yang saban waktu kita
minum, kita mandi dan mencuci segala-galanya dengan air itu.
Kadang-kadang kita agak heran, kenapa air begitu banyak
dibikin Tuhan di permukaan bumi ini, sehingga merupakan samudera luas yang
meliputi 5/7 permukaan bumi. Kita heran, mengapa sungai dan selokan selalu
penuh dengan air, sedang lama hujan tak turun dari langit.
Bila anda pernah hidup di tempat-tempat yang dingin seperti
Tretes, Batu atau Selecta dll. Akan melihat sendiri bagaimana Tuhan membuat air
itu, bagi orang yang berfikir.
Saban pagi setelah kita bangun dari tidur akan kita
dapati seluruh daun dan rumput menjadi basah kuyup dengan air sekalipun pada
malam harinya hujan tak turun. Kalau kita perhatikan dengan seksama, bukan
hanya basah kuyup, tetapi dari tiap ujung yang paling rendah dari daun itu, air
akan bertetesan. Kalau tetesan itu kita coba menampung dengan gelas, maka tiap
helai dari daun kayu itu saban malam akan menghasilkan segelas, dua gelas atau
lebih air, menurut lebar atau tidaknya sehelai daun. Kalau sehelai daun dipukul
rata menghasilkan segelas air dalam semalam, cobalah pikirkan berapa milyard
daun yang berada di atas gunung welirang itu. Maka gunung welirang itu dengan
pasti menghasilkan bermilyard gelas air setiap malam. Sebab itu tidaklah heran
kita kalau di lereng gunung itu penuh dengan sungai, got, air mancur yang
tak hentinya siang malam, di segala musim mencurahkan air ke bawah untuk mengairi
setiap sawah dan dataran yang ada di sekitar gunung welirang.
Ini bukan hanya terjadi pada gunung welirang saja, tetapi
terjadi pula pada setiap gunung yang lain yang beribu jumlahnya di pulau Jawa
ini bahkan di seluruh dunia ini. Dengan jalan begitulah Tuhan Yang Maha Esa
menyediakan air untuk keperluan seluruh binatang, seluruh tumbuh-tumbuhan.
Setiap tetes dari air yang sudah menetes dari daun kayu itu
dengan tidak hentinya selalu mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah,
melalui lubang, got, kali dan sungai, kadang-kadang melalui pori batu atau
tanah, kadang dia naik melalui timba atau pipa, melalui mulut dan tenggorokan
manusia, melalui segala macam jalan, akhirnya turun dan mengalir terus,
membasahi sawah dan ladang, mencuci segala kotoran yang berada di permukaan
bumi, berkumpul dalam selokan, kali atau sungai, kemudian berpisah lagi, terus
mengalir akhirnya tibalah di laut merupakan samudera besar.
Setiap hari dari pagi sampai sore, samudera luas itu ditimpa
oleh sinar matahari. Dan sinar matahari itu menyebabkan air menjadi uap yang
amat dingin, naik mengembang ke angkasa menceburkan diri dan bersatu padu
dengan udara, bergerak naik menuju ke angkasa luas, bergerak ke timur dan ke
barat, ke utara atau selatan.
Kalau kita berada di pinggir laut atau di atas sebuah
perahu, kita selalu merasakan hembusan angin yang dingin dan sejuk, karena
udara yang berada di sekitar laut itu adalah udara yang banyak mengandung uap
air.
Angin yang dingin inilah kalau dia menyentuh daun dan
dinding yang lebih dingin, maka uap itu kembali mejadi air sehingga membasahi
setiap helai daun kayu sebagai yang kita terangkan di atas. Dan kadang uap itu
naik ke angkasa menjadi awan yang tebal yang akhirnya turun merupakan
hujan yang lebat.
Begitulah jalan sunnah Ilahi, setiap siang hari bermilyat
ton air ikut menjadi uap naik ke angkasa melalui sinar dan udara dan setiap
malam uap air itu turun ke bawah merupakan angin dingin, embun pagi atau hujan
lebat, sehingga menghasilkan bermilyard-milyard ton air setiap malam.
Semua itu berjalan dengan ketentuan yang tertentu yang
sangat teliti dan halus. Semua itu berjalan dan berlaku bukan karena kepandaian
atau hasil kepintaran manusia. Semua itu berjalan dan berlaku 100% menurut
ketentuan yang ditetapkan oleh Allah yang kita namakan sunnah Allah atau
Sunnatullah.
Dengan renungan dan pemikiran yang begini, maka terbukalah
kesempatan yang selebar-lebarnya bagi manusia untuk mencapai Tuhan dengan akal
dan pikirannya dan kemudian terbukalah kesempatan bagi hati tiap manusia yang
berfikir dan merenung itu untuk hormat, taat, tunduk atau taqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Akhirnya manusia tidak berkeberatan lagi untuk
menyebut-nyebut Nama Allah, untuk membuka mulut dan menggerakan lidah
menyebutkan suara untuk memuji, mensucikan dan membesarkan Tuhan Yang Maha
Besar dan Maha Suci itu.
Firman Allah Surah Ali Imraan 190 dan 191, yang artinya:
“Sesungguhnya tentang kejadian langit dan bumi, pertukaran
siang dan malam adalah merupakan ayat (tanda) kebesaran Allah bagi orang
yang suka berfikir, yaitu orang yang selalu mengingat akan Allah di waktu ia
berdiri, di waktu ia duduk dan di waktu ia berbaring, lalu mereka memikirkan
akan kejadian langit dan bumi sambil berkata: Ya Tuhan, tidaklah semua itu
Engkau jadikan dengan sia-sia belaka, Maha Suci Engkau Tuhan, maka jauhkan kami
dari siksa azab neraka.”
Jadi berpikir tentang alam membawa manusia iman terhadap
Allah, taat dan tunduk kepada Allah.
Kebanyakan orang tak berpikir begini sehingga dalam hidupnya
tak pernah mengingat akan Allah, sehingga buat mereka amat berat menyebut nama
Tuhan, lebih berat lagi menundukan kepala atau badan atau mengerjakan ibadat
yang diperintahkan oleh Allah.
Ibadat selain satu kewajiban atas pundak manusia terhadap
Tuhan, adalah pula menjadi batu ujian untuk mengetahui apakah manusia itu benar
percaya kepada Tuhan atau hanya percaya di mulut sedang di hati tidak.
Mudah-mudahan kita dijadikan, manusia yang percaya kepada Tuhan bukan hanya di
mulut, tetapi juga di hati sampai kepada perbuatan (ibadat). Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar