Oleh : Imam Choiri
Faktor
– faktor pendidikan ada 5 macam, dimana faktor yang satu dengan lainnya
mempunyai hubungan yang erat. Kelima faktor tersebut adalah :
1. Anak
didik
2. Pendidik
3. Tujuan
pendidikan
4. Alat
– alat pendidikan
5. Milieu
/ lingkungan
Adapun
pembahasan masing – masing faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor
Anak Didik
Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor
pendidikan yang paling penting, karena
tanpa adanya faktor tersebut maka
pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain.
Dikalangan para Paedagoog timbul suatu problem
tentang apakah benar anak itu dapat dididik, dalam menjawab problem tersebut
timbul 3 aliran, yakni :
1) Aliran
Nativisme, yang berpendapat bahwa anak sejak lahir telah mempunyai pembawaan
yang kuat sehingga tidak dapat menerima pengaruh dari luar. Baik buruknya anak
itu sangat ditentukan oleh pembawaan bukan tergantung kepada pengaruh dari
luar. Karenanya maka pendidikan itu tidak perlu, sebab pada hakekatnya yang
memegang peranan adalah pembawaan.
2) Aliran Empiris, yang
berpendapat bahwa pendidikan mempunyai pengaruh tidak terbatas karena anak –
anak didik itu diibaratkan dengan sehelai kertas yang masih putih bersih yang
dapat ditulis apa saja sesuai dengan kehendak sipenulisnya. Baik buruknya
seseorang anak tergantung kepada pendidikan yang diterimanya.
3) Aliran Convergensi,
yang merupakan perpaduan antara dua aliran tersebut diatas, yang berpendapat
bahwa perkembangan jiwa anak adalah tergantung pada dasar dan ajar atau
tergantung pada pembawaan dan pendidikan dimana keduanya mempunyai peranan yang
sama pentingnya dalam perkembangan pribadi anak.
Dari 3 aliran
tersebut maka aliran Convergensi ada segi persesuainnya dengan ajaran Islam,
dimana menurut ajaran Islam dikatakan bahwa pada anak tersebut telah mempunyai
pembawaan untuk beragama yang dikenal dengan “ fitrah “, kemudian fitrah
tersebut akan berjalan kearah yang benar bilamana memperoleh pendidikan agama
dengan baik dan mendapatkan pengaruh yang baik pula dalam lingkungan hidupnya.
Hal tersebut sesuai dengan hadis Nabi dan Al Quran surat Ar – Rum ayat 30.
Para Psikolog
juga berpendapat bahwa berdasarkan hasil penyelidikan mereka mengatakan dalam
jiwa anak semenjak kecilnya telah tumbuh perasaan Agama, kemudian akan
berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungannya. Adapun para ahli yang
mengemukakan pendapat tersebut antara lain :
1)
Sigmund Freud
2)
Dorothy Wilson
3)
Rumke
4)
C . G . Yung
5)
Dr. Zakiyah Daradjat
2.
Faktor Pendidik
Pendidik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan
yang sangat penting, karena pendidik itulah yang bertanggung jawab dalam
pembentukan pribadi anak didiknya. Terutama pendidikan Agama ia mempunyai pertanggungjawaban
yang lebih berat dibandingkan dengan pendidik pada umumnya, karena selain
bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran
Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT.
Berikut ini ada beberapa tugas – tugas seorang pendidik,
diantaranya adalah :
1)
Mengajarkan ilmu pengetahuan Agama Islam
2)
Menanamkan keimanan dalam jiwa anak
3)
Mendidik anak agar taat menjalankan Agama
4)
Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia
Agar supaya
para guru Agama dapat melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik – baiknya, maka
dibutuhkan adanya syarat – syarat tertentu yang harus dimiliki oleh guru – guru
pada umumnya, syarat – syarat tersebut antara lain :
1)
Mempunyai ijazah formal
2)
Sehat jasmani dan rohani
3)
Berakhlak yang baik
Bagi guru
Agama disamping harus memiliki syarat – syarat tersebut masih harus ditambah
dengan syarat – syarat yang lain yang oleh Direktur Direktorat Pendidikan Agama
telah ditetapkan sebagai berikut :
1)
Memiliki pribadi mukmin, muslim, dan muhsin
2)
Taat untuk menjalankan Agama ( menjalankan syariat Islam,
dapat memberi contoh tauladan yang baik kepada anak didiknya )
3)
Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak
didiknya dan ikhlas jiwanya
4)
Mengetahui dasar – dasar ilmu pengetahuan tentang
keguruan, terutama didaktik dan methodik
5)
Menguasai ilmu pengetahuan Agama.
Itulah syarat
– syarat yang harus dimiliki oleh guru – guru Agama agar supaya dapat berhasil
dalam tugasnya, yang paling penting diantaranya ialah hendaknya guru Agama
dapat menjadi contoh tauladan yang baik dalam segala tingkah lakunya, dan dalam
segala keadaannya terutama juga yang menyangkut physical appereance seperti :
cara memilih pakaian, cara mengatur rambutnya, dan cara berpakaian itu sendiri,
misalnya jangan memakai pakaian yang mencolok warnanya, juga potongannya jangan
berlebih – lebihan karena keadaan guru itu akan dijadikan cermin bagi anak
didiknya.
Dalam hal ini
Prof. Athiyah Al Abrossyi pernah mengatakan bahwa hubungan antara murid dengan
gurunya seperti halnya bayangan dengan tongkatnya. Bagaimana bayangan dapat
lurus, kalau tongkatnya sendiri itu bengkok. Yang berarti bagaimana murid dapat
menjadi baik kalau gurunya itu sendiri tidak baik. Dalam pepatah bahasa
Indonesia dikatakan Guru kencing berdiri murid kencing berlari, yang artinya
murid itu akan meniru bagaimana keadaan gurunya.
3.
Faktor Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah merupakan faktor yang sangat
penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian
pula halnya dalam Pendidikan Agama maka tujuan pendidikan Agama itulah yang
hendak dicapai dalam kegiatan / pelaksanaan Pendidikan Agama.
Pada umumnya kita mengenal adanya rumusan formil tentang
tujuan pendidikan / pengajaran secara hierarchies, dimana tujuan yang lebih
umum dijabarkan menjadi tujuan yang lebih khusus, sedangkan tujuan yang lebih
khusus adalah merupakan tujuan yang lebih spesifik, yang semuanya diarahkan
untuk dapat tercapainya tujuan umum tersebut.
Adapun rumusan formal dari tujuan pendidikan secara
hierarchies adalah :
1)
Tujuan Pendidikan Nasional
adalah
merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia, dan
merupakan rumusan daripada kualifikasi terbentuknya setiap warga negara yang
dicita – citakan bersama.
2)
Tujuan Institusional
Ialah
tujuan pendidikan secara formal dirumuskan oleh lembaga – lembaga pendidikan,
seperti misalnya tujuan pada Sekolah Dasar, SMP, SMA, dst. Sifatnya lebih
khusus dari pada tujuan Pendidikan Nasional.
3)
Tujuan Kurikuler
Ialah
tujuan yang dirumuskan secara formal pada kegiatan kurikuler yang ada pada
lembaga – lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler sifatnya lebih khusus jika
dibandingkan dengan tujuan institusional, tetapi tidak boleh menyimpang dari
tujuan Institusional.
4)
Tujuan Instruksional
Adalah
merupakan tujuan yang hendak dicapai setelah selesai program pengajaran. Tujuan
tersebut adalah merupakan penjabaran dari pada tujuan kurikuler yang merupakan
perubahan sikap atau tingkah laku secara jelas.
4.
Faktor Alat Pendidikan
Yang dimaksud dengan alat pendidikan ialah segala sesuatu
yang dipergunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan daripada pendidikan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan alat pendidikan
Agama ialah segala sesuatu yang dipakai dalam mencapai tujuan pendidikan Agama.
Dalam memilih alat – alat pendidikan Agama ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan antara lain :
1)
Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat tersebut.
Dalam memilih alat hendaknya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Seperti
misalnya kalau kita mengajarkan bab shalat pada anak – anak maka alat yang
perlu disiapkan ialah : tikar shalat, sarung,mukena,air wudlu dll
2)
Siapakah yang menggunakan alat tersebut. Pribadi dari
guru yang menggunakan alat pendidikan itu ikut menjiwainya
3)
Terhadap anak
yang bagaimanakah alat itu dipergunakan. Hal ini menyangkut dalam pemilihan
alat – alat pendidikan haruslah selalu disesuaikan dengan kondisi dari pada
anak – anak yang dihadapi, sehingga dengan demikian alat – alat pendidikan yang
dipilih itu betul – betul akan dapat membantu mempermudah anak –anak untuk
menerima pelajaran
4)
Bagaimana cara
menggunakan alat tersebut. Dalam memili lat pendidikan yang hendak digunakan,
hendaknya guru terlebih dahulu mengetahui bagaimana cara – cara mempergunakan
alat – alat tersebut agar dapat memperlancar jalannya pelajaran.
Alat – alat pendidikan yang dapat dipergunakan dalam
pelaksanaan pendidikan Agama itu cukup
banyak karena itu dalam makalah ini akan dikelompokkan menjadi 3 kelompok :
1)
Alat Pengajaran
Agama
Dalam
pelaksanaan pengajaran agama dibutuhkan adanya alat – alat pengajaran. Alat –
alat pengajaran Agama tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara
lain :
a)
Alat pengajaran
klasikal, yakni alat – alat pengajaran yang dipergunakan oleh guru bersama –
sama dengan murid.
b)
Alat Pengajaran
Individual, yakni alat – alat yang dimiliki oleh masing – masing murid dan
guru.
c)
Alat Peraga,
yakni alat – alat pengajaran yang berfungsi untuk memperjelas ataupun
memberikan gambaran yang kongkrit tentang hal – hal yang diajarkan. Alat peraga
ada 2 jenis yaitu : alat peraga langsung dan alat peraga tidak langsung.
d)
Visual – aids,
yakni alat – alat pendidikan yang dapat diserap melalui indera penglihatan.
e)
Audio – aids,
yakni alat – alat pendidikan yang diserap melalui indera pendengaran.
f)
Audio – visual,
yakni alat – alat pendidikan yang dapat diserap dengan penglihatan dan
pendengaran.
2)
Alat – alat
Pendidikan Yang Langsung
Yang
dimaksud dengan alat – alat pendidikan Agama yang langsung ialah dengan
menanamkan pengaruh yang positif kepada murid dengan memberikan contoh
tauladan, memberikan nasehat – nasehat, perintah – perintah berbuat amal
shaleh, melatih dan membiasakan suatu amalan dan sebagainya.
Termasuk
alat pendidikan Agama yang langsung juga ialah dengan menggunakan emosi dan
dramatisasi dalam menerangkan masalah Agama, karena Agama adalah lebih
menyangkut masalah perasaan.
3)
Alat – alat
Pendidikan Yang Tidak Langsung
Alat
– alat pendidikan yang tidak langsung ialah yang bersifat kuratif, agar
demikian anak – anak menyadari perbuatannya yang salah dan berusaha untuk
memperbaikinya. Sebagai contoh dengan diberikannya hukuman,hal ini juga ada
pada hadis Nabi yang berbunyi “ Suruhlah anak – anakmu menjalankan ibadah
shalat bilamana sudah berusia 7 tahun, dan apabila telah berusia 10 tahun
pukullah ia ( bila tidak mau melakukan shalat tersebut ) dan pisahkanlah tempat
tidurnya ”.
5.
Faktor Millieu /
Lingkungan
Milieu
/ lingkungan adalah mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil
atau tidaknya pendidikan Agama. Karena perkembangan jiwa anak itu sangat
dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh
yang positif maupun pengaruh yang negative terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam
sikapnya, dalam akhlaknya maupun dalam perasaan Agamanya. Pengaruh tersebut
terutama dating dari teman – teman sebaya dan masyarakat sekitarnya.
Dalam
hal ini Prof. Muchtar Yahya dalam bukunya yang berjudul “ Fannut Tarbiyah “,
mengatakan : “ saling meniru diantara anak dengan temannya sangat cepat dan
sangat kuat. Pengaruh kawan adalah sangat besar terhadap akal dan akhlaknya,
sehingga dengan demikian kita dapat memastikan bahwa hari depan anak adalah
tergantung kepada keadaan masyarakat dimana anak itu bergaul. Anak yang hidup
diantara tetangga – tetangga yang baik, akan menjadi baiklah ia, sebaliknya
anak yang hidup diantara orang – orang yang buruk akhlaknya akan menjadi
buruklah ia “.
Bertolak
dari pendapat tersebut diatas, maka kita dapat menarik kesimpulan, bahwa
lingkungan hidup anak itu akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
pembentukan akhlak dan pembentukan pribadinya. Pengaruh tersebut dapat berupa
pengaruh yang positif dan dapat pula berupa pengaruh yang negative, sesuai
dengan keadaan yang ada dalam lingkungan anak.
Pengaruh
lingkungan dapat dikatakan positif, bilamana lingkungan itu dapat memberikan
dorongan atau motivasi dan rangsangan kepada anak untuk berbuat hal – hal yang
baik. Sebagai contoh misalnya : anak – anak di Sekolah mendapatkan pendidikan
Agama dari guru Agama, dan di rumah anak – anak selau mendapatkan bimbingan
dari orang tuanya karena keluarganya adalah orang –orang yang patuh mengamalkan
ajaran Agama serta ditambah lagi masyarakat sekitarnya juga terdiri dari orang
– orang yang aktif melakukan kegiatan Agama. Sehingga dengan demikian jiwa anak
tersebut akan selalu terpupuk dan terbina dengan baik.
Sebaliknya
pengaruh lingkungan dapat dikatakan negatif, bilamana keadaan sekitarnya anak
itu tidak memberikan pengaruh yng baik. Sebagai contoh : anak – anak disekolah
mendapatkan pendidikan Agama dari Guru Agama, tetapi keluarganya orang yang
tidak aktif menjalankan ajaran Agama atau bahkan bersikap acuh tak acuh,
ditambah lagi masyarakat sekitarnya juga bukan masyarakat agamis. Keadaan
seperti ini akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan anak,
karena kurang mendapatkan pembinaan dari lingkungannya. Karena itu berhasil
atau tidaknya pendidikan Agama di sekolah, juga banyak ditentukan oleh keadaan
lingkungan dari pada anak didik.
Jadi Bloger Sekarang :)
BalasHapusmaksudnya??
BalasHapus