Minggu, 03 Februari 2013

Faktor-Faktor Pendidikan Agama



Oleh : Imam Choiri
 
Faktor – faktor pendidikan ada 5 macam, dimana faktor yang satu dengan lainnya mempunyai hubungan yang erat. Kelima faktor  tersebut adalah :
1.     Anak didik
2.     Pendidik
3.     Tujuan pendidikan
4.     Alat – alat pendidikan
5.     Milieu / lingkungan
Adapun pembahasan masing – masing faktor  tersebut adalah sebagai berikut :
1.     Faktor Anak Didik
Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor  pendidikan yang paling penting, karena tanpa adanya faktor  tersebut maka pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu faktor  anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor  yang lain.
Dikalangan para Paedagoog timbul suatu problem tentang apakah benar anak itu dapat dididik, dalam menjawab problem tersebut timbul 3 aliran, yakni :
1)     Aliran Nativisme, yang berpendapat bahwa anak sejak lahir telah mempunyai pembawaan yang kuat sehingga tidak dapat menerima pengaruh dari luar. Baik buruknya anak itu sangat ditentukan oleh pembawaan bukan tergantung kepada pengaruh dari luar. Karenanya maka pendidikan itu tidak perlu, sebab pada hakekatnya yang memegang peranan adalah pembawaan.
2)     Aliran Empiris, yang berpendapat bahwa pendidikan mempunyai pengaruh tidak terbatas karena anak – anak didik itu diibaratkan dengan sehelai kertas yang masih putih bersih yang dapat ditulis apa saja sesuai dengan kehendak sipenulisnya. Baik buruknya seseorang anak tergantung kepada pendidikan yang diterimanya.
3)     Aliran Convergensi, yang merupakan perpaduan antara dua aliran tersebut diatas, yang berpendapat bahwa perkembangan jiwa anak adalah tergantung pada dasar dan ajar atau tergantung pada pembawaan dan pendidikan dimana keduanya mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam perkembangan pribadi anak.
Dari 3 aliran tersebut maka aliran Convergensi ada segi persesuainnya dengan ajaran Islam, dimana menurut ajaran Islam dikatakan bahwa pada anak tersebut telah mempunyai pembawaan untuk beragama yang dikenal dengan “ fitrah “, kemudian fitrah tersebut akan berjalan kearah yang benar bilamana memperoleh pendidikan agama dengan baik dan mendapatkan pengaruh yang baik pula dalam lingkungan hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan hadis Nabi dan Al Quran surat Ar – Rum ayat 30.
Para Psikolog juga berpendapat bahwa berdasarkan hasil penyelidikan mereka mengatakan dalam jiwa anak semenjak kecilnya telah tumbuh perasaan Agama, kemudian akan berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungannya. Adapun para ahli yang mengemukakan pendapat tersebut antara lain :
1)     Sigmund Freud
2)     Dorothy Wilson
3)     Rumke
4)     C . G . Yung
5)     Dr. Zakiyah Daradjat
2.     Faktor Pendidik
Pendidik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, karena pendidik itulah yang bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak didiknya. Terutama pendidikan Agama ia mempunyai pertanggungjawaban yang lebih berat dibandingkan dengan pendidik pada umumnya, karena selain bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT.
Berikut ini ada beberapa tugas – tugas seorang pendidik, diantaranya adalah :
1)     Mengajarkan ilmu pengetahuan Agama Islam
2)     Menanamkan keimanan dalam jiwa anak
3)     Mendidik anak agar taat menjalankan Agama
4)     Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia
Agar supaya para guru Agama dapat melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik – baiknya, maka dibutuhkan adanya syarat – syarat tertentu yang harus dimiliki oleh guru – guru pada umumnya, syarat – syarat tersebut antara lain :
1)     Mempunyai ijazah formal
2)     Sehat jasmani dan rohani
3)     Berakhlak yang baik
Bagi guru Agama disamping harus memiliki syarat – syarat tersebut masih harus ditambah dengan syarat – syarat yang lain yang oleh Direktur Direktorat Pendidikan Agama telah ditetapkan sebagai berikut :
1)     Memiliki pribadi mukmin, muslim, dan muhsin
2)     Taat untuk menjalankan Agama ( menjalankan syariat Islam, dapat memberi contoh tauladan yang baik kepada anak didiknya )
3)     Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya dan ikhlas jiwanya
4)     Mengetahui dasar – dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan, terutama didaktik dan methodik
5)     Menguasai ilmu pengetahuan Agama.
Itulah syarat – syarat yang harus dimiliki oleh guru – guru Agama agar supaya dapat berhasil dalam tugasnya, yang paling penting diantaranya ialah hendaknya guru Agama dapat menjadi contoh tauladan yang baik dalam segala tingkah lakunya, dan dalam segala keadaannya terutama juga yang menyangkut physical appereance seperti : cara memilih pakaian, cara mengatur rambutnya, dan cara berpakaian itu sendiri, misalnya jangan memakai pakaian yang mencolok warnanya, juga potongannya jangan berlebih – lebihan karena keadaan guru itu akan dijadikan cermin bagi anak didiknya.
Dalam hal ini Prof. Athiyah Al Abrossyi pernah mengatakan bahwa hubungan antara murid dengan gurunya seperti halnya bayangan dengan tongkatnya. Bagaimana bayangan dapat lurus, kalau tongkatnya sendiri itu bengkok. Yang berarti bagaimana murid dapat menjadi baik kalau gurunya itu sendiri tidak baik. Dalam pepatah bahasa Indonesia dikatakan Guru kencing berdiri murid kencing berlari, yang artinya murid itu akan meniru bagaimana keadaan gurunya.

3.     Faktor Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian pula halnya dalam Pendidikan Agama maka tujuan pendidikan Agama itulah yang hendak dicapai dalam kegiatan / pelaksanaan Pendidikan Agama.
Pada umumnya kita mengenal adanya rumusan formil tentang tujuan pendidikan / pengajaran secara hierarchies, dimana tujuan yang lebih umum dijabarkan menjadi tujuan yang lebih khusus, sedangkan tujuan yang lebih khusus adalah merupakan tujuan yang lebih spesifik, yang semuanya diarahkan untuk dapat tercapainya tujuan umum tersebut.
Adapun rumusan formal dari tujuan pendidikan secara hierarchies adalah :
1)     Tujuan Pendidikan Nasional
adalah merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia, dan merupakan rumusan daripada kualifikasi terbentuknya setiap warga negara yang dicita – citakan bersama.
2)     Tujuan Institusional
Ialah tujuan pendidikan secara formal dirumuskan oleh lembaga – lembaga pendidikan, seperti misalnya tujuan pada Sekolah Dasar, SMP, SMA, dst. Sifatnya lebih khusus dari pada tujuan Pendidikan Nasional.
3)     Tujuan Kurikuler
Ialah tujuan yang dirumuskan secara formal pada kegiatan kurikuler yang ada pada lembaga – lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler sifatnya lebih khusus jika dibandingkan dengan tujuan institusional, tetapi tidak boleh menyimpang dari tujuan Institusional.
4)     Tujuan Instruksional
Adalah merupakan tujuan yang hendak dicapai setelah selesai program pengajaran. Tujuan tersebut adalah merupakan penjabaran dari pada tujuan kurikuler yang merupakan perubahan sikap atau tingkah laku secara jelas.

4.     Faktor Alat Pendidikan
Yang dimaksud dengan alat pendidikan ialah segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan daripada pendidikan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan alat pendidikan Agama ialah segala sesuatu yang dipakai dalam mencapai tujuan pendidikan Agama.
Dalam memilih alat – alat pendidikan Agama ada beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain :
1)     Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat tersebut. Dalam memilih alat hendaknya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Seperti misalnya kalau kita mengajarkan bab shalat pada anak – anak maka alat yang perlu disiapkan ialah : tikar shalat, sarung,mukena,air wudlu dll
2)     Siapakah yang menggunakan alat tersebut. Pribadi dari guru yang menggunakan alat pendidikan itu ikut menjiwainya
3)     Terhadap anak yang bagaimanakah alat itu dipergunakan. Hal ini menyangkut dalam pemilihan alat – alat pendidikan haruslah selalu disesuaikan dengan kondisi dari pada anak – anak yang dihadapi, sehingga dengan demikian alat – alat pendidikan yang dipilih itu betul – betul akan dapat membantu mempermudah anak –anak untuk menerima pelajaran
4)     Bagaimana cara menggunakan alat tersebut. Dalam memili lat pendidikan yang hendak digunakan, hendaknya guru terlebih dahulu mengetahui bagaimana cara – cara mempergunakan alat – alat tersebut agar dapat memperlancar jalannya pelajaran.
Alat – alat pendidikan yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan pendidikan Agama  itu cukup banyak karena itu dalam makalah ini akan dikelompokkan menjadi 3 kelompok :

1)     Alat Pengajaran Agama
Dalam pelaksanaan pengajaran agama dibutuhkan adanya alat – alat pengajaran. Alat – alat pengajaran Agama tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
a)     Alat pengajaran klasikal, yakni alat – alat pengajaran yang dipergunakan oleh guru bersama – sama dengan murid.
b)     Alat Pengajaran Individual, yakni alat – alat yang dimiliki oleh masing – masing murid dan guru.
c)     Alat Peraga, yakni alat – alat pengajaran yang berfungsi untuk memperjelas ataupun memberikan gambaran yang kongkrit tentang hal – hal yang diajarkan. Alat peraga ada 2 jenis yaitu : alat peraga langsung dan alat peraga tidak langsung.
d)     Visual – aids, yakni alat – alat pendidikan yang dapat diserap melalui indera penglihatan.
e)     Audio – aids, yakni alat – alat pendidikan yang diserap melalui indera pendengaran.
f)      Audio – visual, yakni alat – alat pendidikan yang dapat diserap dengan penglihatan dan pendengaran.

2)     Alat – alat Pendidikan Yang Langsung
Yang dimaksud dengan alat – alat pendidikan Agama yang langsung ialah dengan menanamkan pengaruh yang positif kepada murid dengan memberikan contoh tauladan, memberikan nasehat – nasehat, perintah – perintah berbuat amal shaleh, melatih dan membiasakan suatu amalan dan sebagainya.
Termasuk alat pendidikan Agama yang langsung juga ialah dengan menggunakan emosi dan dramatisasi dalam menerangkan masalah Agama, karena Agama adalah lebih menyangkut masalah perasaan.

3)     Alat – alat Pendidikan Yang Tidak Langsung
Alat – alat pendidikan yang tidak langsung ialah yang bersifat kuratif, agar demikian anak – anak menyadari perbuatannya yang salah dan berusaha untuk memperbaikinya. Sebagai contoh dengan diberikannya hukuman,hal ini juga ada pada hadis Nabi yang berbunyi “ Suruhlah anak – anakmu menjalankan ibadah shalat bilamana sudah berusia 7 tahun, dan apabila telah berusia 10 tahun pukullah ia ( bila tidak mau melakukan shalat tersebut ) dan pisahkanlah tempat tidurnya ”.

5.     Faktor Millieu / Lingkungan
Milieu / lingkungan adalah mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya pendidikan Agama. Karena perkembangan jiwa anak itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif maupun pengaruh yang negative terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam sikapnya, dalam akhlaknya maupun dalam perasaan Agamanya. Pengaruh tersebut terutama dating dari teman – teman sebaya dan masyarakat sekitarnya.
Dalam hal ini Prof. Muchtar Yahya dalam bukunya yang berjudul “ Fannut Tarbiyah “, mengatakan : “ saling meniru diantara anak dengan temannya sangat cepat dan sangat kuat. Pengaruh kawan adalah sangat besar terhadap akal dan akhlaknya, sehingga dengan demikian kita dapat memastikan bahwa hari depan anak adalah tergantung kepada keadaan masyarakat dimana anak itu bergaul. Anak yang hidup diantara tetangga – tetangga yang baik, akan menjadi baiklah ia, sebaliknya anak yang hidup diantara orang – orang yang buruk akhlaknya akan menjadi buruklah ia “.
Bertolak dari pendapat tersebut diatas, maka kita dapat menarik kesimpulan, bahwa lingkungan hidup anak itu akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pembentukan akhlak dan pembentukan pribadinya. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh yang positif dan dapat pula berupa pengaruh yang negative, sesuai dengan keadaan yang ada dalam lingkungan anak.
Pengaruh lingkungan dapat dikatakan positif, bilamana lingkungan itu dapat memberikan dorongan atau motivasi dan rangsangan kepada anak untuk berbuat hal – hal yang baik. Sebagai contoh misalnya : anak – anak di Sekolah mendapatkan pendidikan Agama dari guru Agama, dan di rumah anak – anak selau mendapatkan bimbingan dari orang tuanya karena keluarganya adalah orang –orang yang patuh mengamalkan ajaran Agama serta ditambah lagi masyarakat sekitarnya juga terdiri dari orang – orang yang aktif melakukan kegiatan Agama. Sehingga dengan demikian jiwa anak tersebut akan selalu terpupuk dan terbina dengan baik.
Sebaliknya pengaruh lingkungan dapat dikatakan negatif, bilamana keadaan sekitarnya anak itu tidak memberikan pengaruh yng baik. Sebagai contoh : anak – anak disekolah mendapatkan pendidikan Agama dari Guru Agama, tetapi keluarganya orang yang tidak aktif menjalankan ajaran Agama atau bahkan bersikap acuh tak acuh, ditambah lagi masyarakat sekitarnya juga bukan masyarakat agamis. Keadaan seperti ini akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan anak, karena kurang mendapatkan pembinaan dari lingkungannya. Karena itu berhasil atau tidaknya pendidikan Agama di sekolah, juga banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dari pada anak didik.

2 komentar:

Soal Bahasa Arab UTS 1 Kelas II

Nama      : ………..……….…………..... Nomor     : ……….…………..………..... ULANGAN TENGAH SEMESTER I SD AL-MADINA PURWOREJO FITK UNSIQ JAWA ...