Perubahan watak dan hidayah
Ada pertanyaan "Watak orang
yang pemarah, bisa berubah nggak ya?"
Bisa mungkin, kalau dengan
memperbaiki ibadah.
Saya menjawab asal, tapi berdasar.
Saya percaya bahwa entah bagaimana kekhusyukan dalam beribadah bisa mengubah
perilaku seseorang menjadi lebih baik – setidaknya itu yang saya alami.
Oh, kalau ibadahnya dibagusin,
mungkin jiwanya jadi lebih tenang gitu ya?
Hal ini kemudian mengganjal di benak
saya. Saya sendiri tidak puas dengan jawaban saya. Akhirnya, karena kebiasaan
kita sudah addicted dengan google, akhirnya saya googling mengenai
keterkaitan ibadah terhadap perubahan watak. Hasilnya? Ternyata apa yang saya
sampaikan itu benar-benar asal! Meski ada benernya tapi kan saya jawabnya tanpa
pengetahuan yang mumpuni.
Dari beberapa situs yang saya baca,
saya mendapati bahwa watak itu adalah sesuatu yang sifatnya permanen. Tapi
masih memungkinkan diubah meski sulit. Hal ini terkait dengan hidayah. Hampir
setiap orang ketika ditodong mengenai perubahan dirinya menjadi pribadi yang
lebih baik, pasti akan menjawabnya dengan apologia “Saya belum dapet
hidayah”. lalu, untuk bisa tetap istiqomah di jalan kebaikan memang perlu
adanya hidayah (petunjuk dari Allah) yang menjaga kita untuk tetap berada di
jalan kebaikan. Tapi, hidayah itu tidak datang sendiri, hidayah perlu dicari
dengan kesungguhan hati. Begitulah kira-kira selintas kata yang saya baca
mengenai filosofi keterkaitan perubahan watak dan ibadah.
Jadi ketika jiwa manusia mendambakan
hidayah pada awalnya akan mencari tahu mengenai kebenaran yang dapat memuaskan
hatinya. Kemudian dia akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kebenaran
tersebut, yaitu dengan berubah menjadi lebih baik. Misalnya tentang seseorang
yang berwatak pemarah, dengan dia mengetahui bahwa seorang mukmin harus
bersifat sabar dan ikhlas terhadap apa-apa yang terjadi padanya di dunia, dia
akan senantiasa meningkatkan kualitas ibadahnya untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Dalam ibadahnya, dia akan memohon untuk dijadikan orang yang sabar dan
ikhlas. Semakin dekat dia dengan Allah, dia akan semakin yakin bahwa setiap
yang terjadi pada kehidupannya di dunia ini adalah skenario Allah yang terbaik,
sehingga dia dapat menjadi manusia yang sabar dan ikhlas. Wallahua'lam.
Jadi ternyata, memang secara tidak
langsung peningkatan kualitas ibadah itu bisa berdampak pada perubahan watak
juga. Semoga kita termasuk orang-orang yang pantas mendapatkan hidayah Allah,
yang mengimani Allah dengan sebaik-baiknya. Semoga kita yang wataknya kurang
baik dapat berubah menjadi lebih baik dengan meyakini bahwa kita bisa menjadi
manusia yang lebih baik, dengan terus mengharapkan hidayah dari Allah melalui
wujud perilaku kita. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar